Sunday, November 21, 2010

Eulogy untuk Mama

Mama
1952-2010


18 Nov 2010

Para keluarga, teman2, dan kerabat yang terkasih,

Terima kasih atas keadatangan kalian hari ini, menemani mama di perjalanan terakhir dalam hidupnya ini.
Hari ini, biarkan saya berbicara sedikit tentang mama saya, pilar & pemersatu di keluarga kami.

Dari mama saya mewarisi hal-hal berikut ini:
1. Golongan darah A, karena Ria, adik saya mewarisi golongan darah papa.
2. Obsesinya pada perawatan wajah, dan hobinya untuk belanja kosmetik.
3. Kecintaannya pada makanan dan juga segala macam kue2 yang berlemak tapi enak, yang membuat kami berdua menderita setengah mati kalau disuruh berdiet.
4. Hobinya nonton tv dan nonton drama seri.
5. Kesukaan mama untuk masak dan nonton acara masak di TV.
5. Dan warisan sifat yang paling jelek yang paling saya turuni dari mama adalah, ketidak sukaannya mama dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga! Saya tidak bisa menyapu, mengepel, mencuci baju dan mensetrika. Kenapa saya harus belajar semua itu, kalau mama saya juga tidak bisa? Kami berdua juga tidak terlalu menikmati kegiatan2 seperti memandikan anak, nyuapin anak, ngelonin anak sebelum tidur, hal2 yang semakin mendekatkan mama dan saya, karena ria, adalah seorang ibu yang luar biasa dedikasinya untuk anak2nya dalam hal2 pengurusan anak.

Tapi, juga banyak hal yang tidak saya warisi dari mama, yang paling jelas adalah saya tidak pernah mewarisi muka mama. Sebaliknya, saya untuk soal muka, saya dan ria adalah versi perempuannya papa. Saya juga tidak mewarisi sifat optimis mama, tidak memiliki kemampuan mama untuk melihat segi positif dari setiap kejadian yang terjadi dalam hidup, dan yang terutama, kalau mama itu orangnya sangat energik dan aktif, saya orangnya sangat santai. Mama dulu nggak pernah bisa diam, kecuali kalau lagi nonton tv dan tidur. Tapi, saya bisa duduk diam tanpa ganti posisi selama lebih dari setengah jam, itu warisan dari papa.

Mama saya, seperti yang dikenal orang2, sangat lembut, bicaranya nggak pernah kasar. Tapi, beliau terlahir dalam tahun naga, sifat lembutnya akan hilang pada saat mama udah marah. Kalau ada yang berani cari ribut sama mama, siap2 lah, karena mama, dalam kemarahannya serasa mengeluarkan api panas yang lebih panas dari lava merapi pada orang yang berani cari keributan pada mama itu.

Mama menjadikan hidupnya sebagai pengabdian untuk suami dan anak2nya. Mama merawat keluarga kami tanpa cela. Di luar kemampuannya untuk melayani papa dan kami anak2nya, mama selalu menjadikan dirinya sebagai sahabat sejati untuk papa. Pada saat papa pulang malam dan telat makannya, maka mama walaupun sudah makan, akan ikut menemani papa waktu lagi makan sambil mendengarkan cerita2 papa. Kalau mama tidak sempat, karena lagi bekerja, maka mama akan mengirimkan ria atau saya untuk duduk menemani papa makan malam.

Mama yang saya kenal adalah pendengar yang baik untuk anak2nya.
Mama selalu mau mendengarkan cerita saya tanpa memotong, tanpa mencela, tanpa menghakimi. Hebatnya, mama selalu bisa menemukan sisi positif dalam cerita2 saya. Waktu saya masih sekolah dulu, saya bisa dengan tanpa bersalahnya menceritakan petualangan2 saya waktu menyontek dalam ulangan dan ujian. Mama, hanya mendengarkan, ikut tertawa terbahak2 waktu saya cerita nilai saya dikurangi gara2 ketauan kasih contekan ke teman sebangku saya, pesan moralnya malah, "oh ya, itu temen2 papa dan mama yang suka nyontek malah pada sukses2 semua, dibandingkan dengan yang tidak pernah nyontek!" Hal2 kecil seperti itu yang membuat saya dan ria selalu siap berbagi cerita tentang apa saja karena, mama akan selalu siap mendengarkan dengan antusias. Mulai dari cowok yang ditaksir, cowok yang naksir, teman2, kejadian di sekolah, di tempat kuliah, tentang kerjaan, anak2, gosip artis, gosip keluarga besar, mama jadi teman ngobrol yang terbaik untuk kita berdua.

Mama juga adalah orang yang sangat hemat untuk dirinya sendiri. Mama nggak pernah menggunakan uangnya untuk membeli barang2 bermerek. Membeli barang mahal adalah tantangan utama untuk mama. Pernah dalam salah satu liburan kita ke HK, mama bertekad satu: membeli tas bermerek! Tapi lebih susah dilakukan karena setiap kali melihat harga tasnya, mama jadi berubah pikiran. Akhirnya sayapun ngambek, karena bulak balik dari toko ke toko kerjanya cuma melihat dan mencari tas, tapi nggak ada yang jadi dibeli. Karena saya ngambek, akhirnya mama menguatkan diri, dan membeli tas yang kalau dikurskan ke rupiah itu sekitar sejuta lebih. Tas itu menjadi tas bermerek mama yang pertama dan terakhir dibeli oleh mama. Karena setelah itu mama memutuskan mama lebih suka beli tas tembakan di mangga dua, yang harganya lebih sesuai dengan hati nuraninya mama. Selain itu, mama bersikeras, "Kalo kwalitas 1, gak ada orang yang bisa bedain kok!"
Tapi, pada saat yang sama, waktu saya bilang saya mau membeli eniklopedia seharga yang sama, tanpa ragu dan banyak tanya, mama memberikan uangnya kepada saya. Bagi mama, tidak ada uang yang harus dihemat kalau itu berhubungan dengan pendidikan anak2nya.

Mama juga adalah orang yang sangat praktis dan tidak terlalu romantis. Waktu saya akan menikah, saya sibuk memamerkan cincin kawin saya sama mama dan papa. Papa bertanya ke mama, "Ma, cincin kawin kita kemana, ya?" Dengan santai dan tanpa rasa bersalah mama menjawab, "loh, kan udah dilebur buat dijadiin kalung anak2!" Bagi mama, cincin kawin cuma pelengkap yang tidak terlalu penting dalam perkawinan.

Mama saya adalah tukang hipnotis yang suka mendoktrinasi dan mencuci otak kami, anak2nya. Kalau saya hidup berbahagia dengan Yohan dan anak2 saya sekarang ini, semua ini adalah kemampuan mama untuk mendoktrinasi, mencuci otak, dan juga melakukan setengah hipnotis bawah sadar pada saya.
Kalau ada yang ditakutkan mama dari anak2nya, bukanlah nilai jelek.Mama paling takut kalau anak2 perempuannya ini tidak menikah.

Mungkin cuma ria yang tahu, waktu saya kuliah dulu, setiap pagi, sebelum saya berangkat kuliah, mama akan datang ke kamar saya, dan mengkuliahi saya untuk mencari pacar! Mama takuuuuttt sekali kalau anaknya yang berwajah seperti papanya ini, nanti gak punya cowok dan hidup kesepian! Ti-ap ha-ri, sampe saya ngambek dan nggak mau buka kamar kalau mama mengetuk pintu kamar.
Mama juga selalu membuat saya realistik dalam mencari cowok, mama selalu bilang begini, "Oh, kamu jangan cari orang yang ganteng2, susah jaganya! Liat nih, mama yang cakep begini aja mau kok sama papa kamu yang tampangnya kayak gitu!" Ini akan ditambah dengan cerita2 tentang teman2nya yang akhirnya hidup menderita karena menikah dengan cowok ganteng.

Waktu saya cerita ke mama kalau kriteria saya dalam mencari pacar adalah orang yang punya sense of humour, mama menjawab, "Ha? Kamu pacaran aja sama Jojon kalo gitu!" Jadi, perlahan2 kriteria cowok yang lucu dan suka melucu, mulai hilang dalam pikiran saya, karena selalu kebayang kawin sama jojon itu!

Satu2nya kriteria saya dalam mencari cowok yang mama setujui adalah kalau cowok itu harus pintar. Paling nggak secara akademis.
Berkat hasil doktrinasi mama, semua mantan pacar saya mempunyai kriteria yang sama: tidak ganteng, sangat serius, tetapi pintar.

Tidak mungkin membicarakan mama tanpa membicarakan semangat mama untuk main saham. Kecintaan mama pada dunia saham, yang sayangnya tidak diikuti oleh ria dan saya, itu sudah tersohor di keluarga besar ini. Kemarin ada yang bilang, mama tuh cuma sekedar judi dalam main sahamnya. Saya sangat tersinggung! Saya mau bilang, mama saya yang cuma lulusan SMP itu jauh lebih hebat dalam urusan financial planning, mengalahkan saya yang udah ambil S2 di bidang keuangan. Mama, setiap pagi akan membaca berita, mengetahui berita international, kebijakan moneter di Indonesia dan Amerika juga eropa, index dow jones, nasdaq, ihsg, kemampuannya menganalisa laporan keuangan, mengalahkan kebanyakan para sarjana S1 yang lulus dengan karena sibuk nyontek. Mama terlahir dengan naluri bisnis yang luar biasa, dan juga semangat itu tidak pernah luntur walaupun mama lagi tinggi amonianya dan otaknya lagi error. Mama, kalau benar ada reinkarnasi, maka semoga mama benar2 terlahir lagi sebagai pialang saham ya!

Rasanya gak bakalan ada habisnya saya menceritakan keistimewaan mama. Dan orang yang begitu istimewa itu telah meninggalkan kita semua hari minggu lalu. Semuanya mungkin sudah mendengar kalau prosesnya meninggalnya mama itu hanya butuh waktu 21 jam dari mulai mama kehilangan kesadarannya. Bagi saya, proses kematian mama, butuh waktu 3 tahun, sejak mama sakit.
Pada awal tahun 2007, mama divonis menderita gagal ginjal! Pada saat itulah kehidupan mama yang lama telah berakhir. Mama saya yang aktif dan nggak bisa diam, mulai dikendalikan oleh penyakitnya. Pertama2 karena diet rendah proteinnya, menjadikan mama selalu merasa lemas. Pada saat fungsi ginjalnya terus berkurang, tubuhnya mulai menunjukkan gejala. Selalu ringkih dan sakit2an, badannya selalu merasa gatal luar biasa.

Kata orang, kalau ada orang sakit dalam satu keluarga, maka seluruh keluarga yang lainpun ikut sakit bersama orang itu. Hal itu yang terjadi dalam keluarga kami. Kami juga ikutan merasa sakit bersama mama. Semua cara kami lakukan untuk menyembuhkan mama. Segala macam pengobatan kami coba, dari pengobatan chinese, india, spiritual, doa, reiki. Di depan rumah, papa menanam pohon sambung nyawa, yang daunnya direbus untuk mama minum tiap pagi.

Sementara itu, kamipun mencari tahu tentang proses pencucian darah, kita yang awam ini, mulai mengenal berbagai istilah medis yang sebelumnya kita nggak pernah dengar. Saya, riset di internet, dan mencari kontak dari orang2 yang udah cuci darah, Ria, di jkt, akan menelpon, mewawancara, bahkan menemui orang2 ini secara langsung, untuk melihat bagaimana kondisi mereka setelah cuci darah. Kami juga cari tahu tentang option lainnya, transplantasi ginjal.
Akhirnya diputuskan kalau mama mau menjalani transplantasi ginjal di GZ pada bulan Maret 2009. Setelah operasi, kondisi mama membaik selama beberapa bulan. Walaupun ada masalah kecil dengan obat2annya. Saya ingat sekali, waktu mama lagi ke SGP, mama bermain bola dengan anak2 sambil ketawa2. Rasanya, saat itu mama yang saya lihat adalah mama yang saya kenal seperti sblm sakit.
Bulan mei 2009, mama divonis menderita pengerasan hati juga. Dan keluarga kami diuji dengan kondisi lain dari mama. Pada saat tubuh mama menghasilkan amonia, maka mama mulai mengalami perubahan kepribadian, mulai suka marah2, lupa, ngomongnya jadi cadel, dan puncaknya maka mama akan mengalami koma sesaat, dimana mama terus tidur sampai fungsi amonia dalam tubuhnya menurun.

Herannya, hampir semua episode amonia ini terjadi pada saat saya berada dekat mama, apa waktu mama ke sing, atau waktu saya lagi ke jkt. Ria menggoda saya, emang chiong sama mama. Saya yang jadi ahli dalam memaksa mama makan obat. Resiko digigit dan dipukulin mama udah biasa. Mama jadi merasa bersalah luar biasa sama saya dan papa setiap kali mama udah pulih, dan jadi tambah baik sama kita semua.

Lama kelamaan, episode2 ini bertambah sering dan juga semakin dekat jaraknya. Dokter di Indo n China menekankan kalau fungsi ginjalnya masih sangat bagus, tapi livernya yang tidak bagus. Secara fisik, mama juga menderita luar biasa. Tubuhnya tambah kurus, tapi perutnya bertambah gemuk karena air yang tidak bisa dikeluarkan. Mama sudah tidak punya nafsu makan lagi, walaupun selalu bilang ingin makan ini dan itu, tapi kalau makanannya ada di depan mama, paling cuma dimakan sesuap. Perutnya biru2 karena suntikan insulin, krn sejak memakan obat untuk menekan imun tubuhnya mama jd diabetes, Tapi yang paling bikin kami semua sedih, bukanlah perubahan fisiknya, tapi kepribadiannya.

Karena pelan2 kami mulai tidak mengenali mama kami lagi. Mama tidak peduli pada penampilan, keras kepala, selalu tersinggung, ngomongnya selalu muter2. Walaupun ini tidak pernah merubah hatinya, karena habis marah2 mama biasanya cepat baikan lagi dengan siapapun yang abis diajakin berantem. Hubungan kamipun mulai berubah, karena biasanya saya yang bisa menelpon mama 2-3 kali sehari untuk laporan pandangan mata semua kejadian dalam hidup saya, mulai semakin jarang menelpon mama. Saya juga makin jarang ditelp mama. Bukannya kenapa, tapi rasanya beraaaatttt sekali untuk ngomong sama mama, karena setiap kali ngomong sama mama, itu serasa bukan mama. Sedikit ngomong, mama tersinggung, saya juga jadi panas. Pada saat saya berbicara dengan mama, saya malah merindukan "mama" saya yang dulu.

Puncaknya adalah bulan September lalu, dimana dalam waktu 3 minggu, mama masuk RS selama 5 kali karena episode amonianya. Tgl 29 Sept, 2 hari setelah mama ultah yang 58, mama keluar dari rumah sakit dengan amonia yang sangat rendah. Saya sangat senang sekali, karena mama bisa ngomong seperti dulu lagi.

Oct lalu, karena ada urusan, saya pulang ke jkt selama 2 hari. Kata papa, mama sibuk sekali merencanakan kemana mama mau mengajak saya makan. Kita pergi ke makan ke Jun Nyan di MOI, setelah itu kita ngopi di Coffee Bean bersama adik, adik ipar dan para cucu di Jkt. Pagi, sebelum saya ke airport, seperti biasa, saya memeluk dan mencium mama. Saya tidak pernah tahu kalau itu adalah pelukan dan ciuman saya yang terakhir pada saat mama masih bisa mengenali saya. Kalau saya tahu, saya akan memeluk mama, mencium mama, lamaaaaaaaa sekali.

Minggu lalu, mama mulai mengalami episode amonianya lagi, Kita semua mengira ini akan sama seperti kejadian bulan Sep lalu. Bedanya, amonianya tidak naik turun, tapi naik dan tidak turun2. Sabtu lalu papa membawa mama ke SGP lagi, saya bertemu mama di glenagles hosp. Detail ceritanya mungkin semuanya sudah dengar, mama masih mengenali dokternya, melihat saya selintas, seblm akhirnya kehilangan kesadarannya.

Pada pukul 21.35 menurut waktu jam tangan saya, mama pergi didampingi saya yang menggandeng tangan mama, dan papa di sebelah mama, juga ada suami saya, dan Sri, yang menjaga mama selama mama sakit. Saya mencium kening mama, pipi mama, saya bilang berkali2 ke mama, walaupun saya tau mama nggak ngerti bahasa inggris, "Mama, never enough kisses, never enough hugs!" Tidak pernah cukup ada ciuman, tidak pernah cukup ada pelukan! Pelukan dan ciuman untuk saya ke mama, dan pelukan dan ciuman dari mama ke saya. Entah kapan lagi saya bisa memeluk dan mencium mama lagi.

Pada saat2 terakhirnya, saya menanyakan ke papa, apa yang paling memberatkan mama dalam perjalanannya, papa bilang, "Nathan, cucu kesayangannya!" Tapi saya tahu, bukan itu yang paling memberatkan mama, krn Nathan adalah tanggung jawab saya, bukan mama! Yg paling memberatkan mama adalah papa! Mama selalu bilang, siapa yang akan menjaga papa kalau mama nggak ada? Ma, saya dan ria akan coba untuk jaga papa, mungkin nggak sebaik mama dan juga nggak setelaten mama. Tapi, kita akan coba sebaiknya ma. Saya juga mohon untuk semua saudara2 disini, untuk ikut menghibur mama, agar perjalanannya mama tidak berat.

Tidak ada penyesalan dari saya untuk melepas mama pergi, karena saya jauh sebelum mama pergi, semua yang saya mau curahkan ke mama udah saya lakukan. Saya sayang mama, mama tau itu, dan juga saya tau mama sayang pada kami semua. Kalaupun ada penyesalan, mungkin karena ke-4 cucunya pantas untuk lebih menikmati kasih sayang aiponya lebih lama dan lebih lama lagi. Kepedihan saya adalah karena ke-4 cucunya, terutama untuk Chloe n Clio, tidak bisa mengenal neneknya, sang naga, pilar di keluarga kami lebih dalam lagi.

Sekarangg ria, papa dan saya akan mencoba menopang keluarga kami yang kehilangan pilar utamanya. Berat, tapi kami tahu, dimanapun mama berada, sekarang mama akan bisa makan blackforest yang pake banyak rum, tanpa akan jadi gemuk atau takut kretinin n amonianya akan naik. Tanpa harus disuntik insulin lebih dahulu. Mama berbahagia, karena nggak usah makan obat lagi, badannya nggak gatal2 lagi. Dan mama akan berada di tempat di mana mukanya selalu awet muda, tanpa keriput dan flek hitam yang selama ini mama takuti. Mama akan bisa nonton terus, kali ini mengikuti perkembangan kami sekeluarga...live! Mama juga bisa bebas main saham, dan pasti untung terus disana!

Mama, sampai kita ketemu lagi ya ma...peluk cium dari cindy, ria dan papa..
Lagian kita semua kan cuma beda waktu, ya?



Eulogy yang saya bacakan dalam malam kembang mama..



  • Don't worry about death, which is only one small step in the great and endless cycle of life - Bhagavad Githa